Aku memang tidak ingin sampai dikasihani,
tapi tidakkah dia melihat aku yang berjuang untuk hidup normal?
Apakah di matanya sungguh-sungguh melihatku tidak punya masalah?
Lalu apa anggapannya mengenai hal-hal yang selama ini terjadi padaku?
Aku kira selama ini dia tidak pernah menunjukan rasa simpatinya karena untuk mendukungku.
Tapi ternyata itu karena memang dia tidak mengerti, dia tidak merasakan, tidak melihat beban mental yang kupikul.
Hal bagus kah itu? Bukankah itu artinya aku berhasil menjalani hidup dengan normal?
Hanya karna aku kuat, bukan berarti aku tidak butuh dukunganmu, bukan berarti tidak butuh simpati.
Tidak dikhawatirkan orang tua, tidak bisa mengadu, tidak ada yang membela, tidak ada yang bisa diandalkan.
Aku iri setiap melihat ayah dan anaknya bersenda gurau, bahkan saat dimarahi.
Aku iri setiap kau berbicara di telepon dengan ibumu.
Aku iri setiap melihat kehamilan.
Aku sakit hati ketika adikku mendahului ku.
Aku malu saat hal itu terjadi.
Aku bingung ketika kau memutuskan untuk berhenti bekerja.
Aku sedih ketika kau bilang, "Hidup kamu enak ya de, gak ada masalah."
Aku merasa hancur karena tidak tahu lagi harus berpegang pada siapa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar